Jagarimba

Akhir Kisah Poʻouli, Burung Yang Dinyatakan Punah Pada 2004 Silam

Poʻouli / Black-faced Honeycreeper (Melamprosops phaeosoma)

Poʻouli / Black-faced Honeycreeper (Melamprosops phaeosoma)

Jika kita membuka peta dunia, tepat di sebelah barat Mexico di tengah Samudera Pasifik bagian utara, kita akan menemukan serumpun pulau, yang dikenal dengan nama Kepulauan Hawaii. Hawaii adalah negara bagian Amerika Serikat yang ke-50 dan yang paling baru bergabung ke AS. Diterima pada tanggal 21 Agustus 1959. Hawaii adalah satu-satunya negara bagian (state) di AS yang terpisah dari benua Amerika, berupa wilayah kepulauan dan masuk kawasan Oseania. Kepulauan ini ditemukan oleh James Cook, seorang penjelajah Inggris pada tanggal 10 Januari 1778. Penduduk asli kepulauan Hawaii adalah suku Hawai’i yang merupakan turunan bangsa Polynesia.

Kepulauan Hawaii merupakan gugus pulau – pulau vilkanik yang terdiri dari delapan pulau utama yakni Niʻihau, Kauaʻi, Oʻahu, Molokaʻi, Lanaʻi, Kahoʻolawe, Maui, dan Pulau Hawaiʻi. Nah, di salah satu pulau tersebut yakni di pulau Maui, terdapat salah satu jenis burung yang dalam sejarahnya terhitung memiliki populasi yang sangat kecil. Antara tahun 1976 – 1981 diperkirakan jumlahnya tidak pernah melabihi 200 individu dewasa. Burung mungil dengan kombinasi warna hitam dan putih yang dominan ini bernama Po’ouli atau Black-faced Honeycreeper (Melamprosops phaeosoma). 

Burung dari family Fringillidae  ini mendiami kawasan hutan yang lebih kering di tiga kawasan lindung di Maui, yakni Hutan Lindung Hanawi, Hutan Lindung Hana, dan Taman Nasional Haleakala. Sebuah peroyek bersama antara Hawai’i Department of Land and Natural Resources, U.S. Fish and Wildlife Service dan Zoological Society of San Diego pada tahun 2003 hanya berhasil mencatat jumlah Po’ouli yang tersisa berjumlah 3 ekor!

Daftar merah IUCN menempatkan Po’ouli sebagai spesies yang berada di ambang kepunahan sejak tahun 1994. Pada program evaluasi status tahun 2016 silam, IUCN masih menempatkan Po’ouli sebagai spesies yang di ambang kepunahan (CR). Pada program evaluasi itu, Po’ouli sesungguhnya sudah tidak ditemukan lagi sejak beberapa tahun sebelumnya. Karena alasan itu, IUCN menambahkan kata ‘Possibly Extinct’ pada status terbarunya.

Status kepunahan Po’ouli sesungguhnya secara resmi telah lama dikeluarkan oleh U.S. Fish and Wildlife Service yakni pada Desember 2004 silam. Hal ini ditandai dengan matinya seekor Po’ouli jantan yang ada dalam penangkaran lembaga perlindungan alam milik pemerintah Amerika tersebut. Dalam keterangan yang mereka keluarkan bersama Zoological Society of San Diego, saat itu masih tersisa dua ekor yang terdiri dari jantan dan betina di kawasan Hutan Taman Nasional Haleakala. Sepasang burung yang tersisa itu tak pernah lagi ditemukan hingga hari ini.

Sebuah bencana wabah Malaria yang membunuh banyak burung di Maui pada periode itu diperkirakan telah turut membunuh dua ekor Po’ouli yang tersisa. Meski masih menyimpan harapan, tetapi pada tahun 2018, lembaga – lembaga pemerhati avi fauna dunia sepakat untuk mendeklarasikan secara terpisah, bahwa Po’ouli dari Maui dinyatakan sebagai salah satu spesies yang punah dari muka bumi. Dengan demikian, pencarian terhadap Po’ouli tidak lagi dilakukan.

Penyebab punahnya Po’ouli diawali dengan penurunan kualitas hutan di tiga kawasan lindung di Maui. Kerusaka habitat itu kemudian diikuti oleh penyempitan ruang gerak predator. Ruang gerak yang sempit telah membuat Po’ouli begitu mudah menjadi target predator. Wabah penyakit yang telah membunuh banyak jenis burung di Hawaii akhirnya benar – benar menghabisi Po’ouli yang tersisa. Kehilangan Po’ouli adalah pukulan besar bagi dunia terlebih bagi para pemerhati konservasi spesies. Program penangkaran untuk introduksi, gagal total dengan matinya pejantan terakhir di pusat penangkaran U.S. Fish and Wildlife Service.

Po’ouli kini hanya tinggal cerita. Kehilangannya telah menggerakkan para konservator spesies di dunia terbangun dan melakukan segala upaya, agar peristiwa yang sama tidak terulang di masa depan. Semoga Po’ouli menjadi burung terakhir yang punah di tangan manusia modern.

Exit mobile version